Selasa, 16 September 2014

MADURA MASA VOC

Setelah pemberontakan di bawah orang melay ine kandur, dapat dipadamkan oleh couper, pada akhir perang, Trunajaya, Madura kembali masuk lingkungan kekuasaan VOC.  Untuk pemerintahan bagian barat pada tahun 1680 diangkatlah Cakraningrat sebagai penguasa umum atas Arosbaya dan Balega serta Sampang. Dia bergelar sebagai pangeran sampang, bagian timur meliputi pamekasan, sumenep dan kepulauan seanteronya, masih dikuasai oleh Macan Wulu, seorang pendukung Trunajaya. Dengan muslihatnya dengan segera dia menyesuaikan diri dengan perubahan situasi politik dan menyatakan diri tunduk kepada susuhunan Mataram dab VOC sehingga dapat mempertahankan kedudukannya dengan nama Yudanegara. Dia memerintah dengan kebikjasanaan dan keadilan sehingga menjadi popular serta memperoleh kepercayaan VOC.
 Sepeninggal Macan  Wulu timbulah perjuangan kekuasaan di antara keempat putra menantu pada satu pihak dan Pringgawangsa, seorang saudara Maan Wulu, pada pihak lain. Yang terakhir  ini terpandang sebagai orang keramat, dia mengangkat senjata untuk mendukung orang lain. Raden Suderma, seorang kemenakannya . oleh karena calon terakhir itu belum dewasa, maka VOC mengangkat dua putra menantu untuk Pamekasan dan dua menantu lainnya di Sumenep. Bagi VOC pemecahan kekuasaan itu jelas sesuai dengan politiknya devide at impera. Kepada partai Suderma dijanjikan bahwa bila dia menginjak kedewasaan segera akan diangkat ebagai penguasa di Madura bagian Timur.
Permasalahan sekitar pergantian di daerah itu menjadi sumber ketegangan yang sewaktu-waktu dapat meledak. Seperti dapat diduga waktu salah seorang penguasa di Sumenep meninggal pada tahun 1686 Suderma mengajukan tuntutannya. Pemerintah di Batavia tetap mempertahankan penguasa menurut keputusan lama dan Suderma diberi  janji akan diangkat setelah dia beranjak dewasa, untuk sementara waktu dia disuruh tinggal di Batavia. Pada tahun 1689 dia terlibat dalam gerakan kapten  Jonker dan melarikan diri untuk memimpin gerakannya di Madura. Tujuannya ialah mengusir penguasa Sumenep  dari kedudukannya. Perjuangannya gagal, dan sewaktu melarikan diri ke Surabaya dia ditangkap dan ditawan dengan berakhirnya pergolakan itu kekuasaan VOC di daerah itu sudah menjadi kokoh serta diakui sepenuhnya.
Dalam dasawarsa pertama abad XVIII Madura timur mengalami pergolakan terus-menerus terutama karena pergerakan Suderma sering kali muncul. Pada taun 1702 Suderma berhasil melarikan diri dari Batavia lagi, kemudian muncul di Madura untuk menumbangkan kedudukan bupati Pamekasan dan Sumenep. Meninggalnya dua orang upati berturut-turut  pada tahun1705 mencetuskan pergolakan, terutama karena Suderma tidak henti-hentinya melancarkan serangannya sehingga sring kali terjadi pergolakan berdarah. Hal ini dikarenakan Suderma untuk merebut warisan nenek moyangnya. Pernikahan dengan Raden Ayu, seorang ibu dan wali dari calon bupati Pamekasan yang belum dewasa, adalah siasat untuk memusatkan pengaruh kepada dirinya. Perhitungannya terbukti meleset karena VOC mengangkat Cakranegara sebagai bupati di bawah perwalian neneknya. Ratu Ayu dibebaskan dari fungsi perwaliannya, dan R Sudarma dinyatakan sebagai musuh utama VOC.
Madura juga tidak luput dari pergolakan. Ambisi Cakraningrat III untuk melebarkan sayap kekuasaannya ke Madura timur adalah sumber pergolakan sekitar tahun 1717-1718. Setelah serangannya terhadap Madura gagal, dia mengalami bencana waktu berlayar dan meninggal karena luka-luka parah yang didapatkannya. Dalam pergulatannya dengan komandan kapal Oegstgeest, de Chauvanes. VOC menunjuk Suradiningrat sebagai penggantinya dengan gelar Cakraningrat IV.
Cakraningrat IV mengatakan akan membantu VOC apabila disetujui dirinya lepas dari Kartasura dan memerintah secara merdeka di bawah naungan VOC dan diperbolehkan untuk memerintah secara leluasa di Jawa timur. Pada bulan juli 1741 VOC secara resmi menerima penawarannya, tetapi menangguhkan semua janji-janji tentang pemerintahan di jawa timur. Akan tetapi cakraningrat terus meningkatkan upayanya untuk menguasai sebagian besar dari bumi Jawa. Sementara itu pasukan bala bantuan telah tiba di Semarang. Sehingga jumlah tentara di Benteng pada bulan November lebih dari 3400 orang kini berbalik melancarkan serngan. Mereka berhasil memukul mundur pihak penyerang dari Semarang dan membunuh semua orang Cina di daerah itu. Pada akhir tahun 1741 dan awal-awal 1742 VOC merebut kembali daerah-daerah lain yang terancam serangan, dan cakraningrat IV meneruskan operasi pembersihan di seluruh wilayah Jawa timue.
Pasukan cakraningrat berhasil merebut Kartasura dan memukul mundur pemerontak. Selama tujuh dasawarsa penguasa Madura, yang dimulai dai Trunajaya telah mencampur tangan di jawa dan untuk yang kedua kalinya hadiah yang besar, yaitu istana raja sendiri yang telah jatuh ke tangan salah seorang diantara mereka. Cakraningrat mengajukan permintaan kepada VOC agar Parkubuwana II dibunuh untuk menjadi contoh bagi para penguasa yang tidak setia. Akan tetapi pihak VOC memutuskan bahwa stabilitas tetap akan diusahakan dengan jalan mengadakan persekutuan dengan seorang raja yang lunak dari wangsa Mataram, dan taka da seorang rajapun yang leih lunak daripada parkubuwana II pada tahun 1742. Untuk menghindari putusnya hubugan dengan VOC, maka akraningrat bersedia mengembalikan istana yang telah berhasil direbutnya kepada parkubuwana II. VOC mulai merasa khawair terhadap ambisi dari sekutunya dari Madura tersebut.
 Sekarang pemberontakan mulai mereda. Garendi menyerah pada bulan oktober 1743, yang disusul oleh banyak pemberontak lain. Pada akhir tahun 1743 sisa-sisa kaum pemberontak yang penting hanya tinggal dua saudara laki-laki raja. Pangeran Singasari dan pangeran Mangkubumi dan kemenakan laki-lakinya mas Said yang kelak bergelar pangeran Adipati Mangkunegara I. pada tahun 1744 Mangkubumi kembali ke istana. Yang lain tetap melakukan pemberontakan dengan keuatan yang terus menyusut.
Dalam perang Cina pada awal tahun 1740 peranan Cakraningrat beserta pasukannya sangat besar untuk merebut daerah-daerah yang ada di tangan pemberontak, Tuban, Gresik, dan Lamongan. Pengaruhnya bertambah besar oleh karena dia menjadi menantu amangkurat IV dan sebagai mas kawin dijanjikan daerah Bangil, Pasuruan dan Dringa. Betapa besar kekecewaanya ketika janji itu tidak dipenuhi sesuai dengan pecah belahnya VOC  dan membebaskan Cakraningrat dari subordinasinya pada Mataram, namun daerah-daerah pesisir Jawa yang dituntunnya tidak diserahkan kepadanya. Dia menolak untuk melepaskan daerah-daerah yang didudukinya seperti Blora, jipang, Lamongan,Gresik, Tuban, sidayu dan Surabaya. Waktu tuntutanya ditolak oleh VOC, dia mulai melancarkan serangannya.
Cakraningrat merasa yakin  bahwa dia mempunyai hak atas sebagian besar wilayah jawa timur. Akan tetapi VOC tidak mau mengakui tuntutan luar batasnya itu. Pihak VOC telah mengambil kesimpulan secara arif bahwa ketenangan tidak akan mulai tercapai dengan adanya suatu daerah kekuasaannya Madura di Jawa Timur. Oleh karena itu Cakraningrat menjalin hubungan dengan keluarga yang berkuasa di Surabaya dan dengan keturunan surapati. Mendatangkan prajurit-prajurit bali bali, serta menghentikan pembayaran-pembayaran beras dan cukai pelabuhan dari Jawa timur kepada VOC.
Pada bulan juli 1744 VOC berusaha untuk melakukan perundingan dengannya, tetapi sia-sia saja. Pada bulan februari 1745 VOC menyatakan bahwa dirinya diturunkan dari tahta dan memperlakukan dirinya sebagai pemberontak. Selanjutnya setelah itu cakraningrat terjun ke medan perang dan berhasil merebut Madura timur. Peperangan kini berlangsung di seluruh madura dan sepanjang pesisir pantai Jawa timur dimulai dari pasuruan dan rembang.  Suatu pasukan VOC telah dikepung selama enam bulan etapi lambat laun VOC lebih banyak mengalami kemenangan. 
Untuk memperkuat pasukannya dia menerima bala bantuan pasukan Bali. Gerakan Cakraningrat tumbuh menjadi pergolakan raksasa setelah berhasil mengadakan persekutuan dengan barisan pengikut cucu Surapati di Malang dan Pasuruan. Kekalahan yang dideritanya di Surabaya segera dapat diimbanginya dengan pendudukan Pamekasan dan Suakraningtamenep. Strateginya dipusatkan pada pertahanan gresik dan Sambilangan ( Madura Barat) dan dari basis itu diadakan serangan terhadap seluruh daerah pesisir Jawa timur sampai Rembang, Lasem dan Yuwana. Suatu kelengahan dalam strategi ialah di daerah sumenep tidak dipasang pertahanan kuat sehingga terjadi kebobolan di tempat itu. Pasukan VOC di bawah pimpinan Sterrenberg berhasil mendudukinya dan bergerak ke barat. Pasang   surut perjuangan Cakraningrat telah mencapai puncaknya sejak akhir tahun 1744 ekspedisi di bawah pimpinan von hohendorf bergerak terus, merebut kembali daerah-darah yang diduduki pasukan Madura, para bupati di daerah itu kembal tunduk terhadap VOC, termasuk putra Cakraningrat, bupati Sidayu.
Cakraningrat masih terus berusaha bertahan di daerah sendiri yaitu di Sampang, akan tetapi ters terdesak dan akhirnya beliau menyelamatkan diri ke Banjarmasin. Di sana dia mencoba membuat kontak dengan inggris di Bengkulu. Oleh sultan Banjarmasin akhirnya dia diserahkan kepada VOC dan seperti banyak tokoh lainnya yang melawan hegemoni kompeni mengalami nasib yang sama iakah pembuangan ke daerah terpencil yakni Tanjung Harapan sedangkan kedua anaknya diSelong ke Sailan.
Daftar pustaka:
1.      Ricklefs, M.C, 1991, Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
2.      Kartodirdjo, Sartono, 1999, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium Sampai Imperium, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar