KEDATANGAN BANGSA INGGRIS ke INDONESIA serta REAKSI yang DIHADAPINYA
Perlayaran
orang-orang Inggris ke kawasan Asia Tenggara dan Dunia Timur umumnya
tertinggal dibandingkan pada perlayaran orang-orang Portugis. Hal ini
disebabkan perhatian orang-orang Inggris lebih ditumpahkan ke Benua
Amerika dan rupa-rupanya mereka belum mengetahui jalan ke Timur melaui
Tanjung Harapan.
Pelaut-pelaut
Inggris telah mencoba menempuh jalan melalui laut tengah sampai ke
Siria. Tetapi, tidak dapat dilakukan untuk mengadakan hubungan dengan
India dengan Dunia Timur. Pada akhir abad ke-6 Inggris menyadari bahwa
satu-satunya jalan yang paling tepat untuk mengadakan hubungan dagang
dengan Dunia Timur (Asia) adalah melalui Tanjung Harapan. Namun, pada
waktu itu Inggris mengalami kesulitan karena belum dimilikinya kapal
yang cukup besar yang mampu mengarungi Samudera sejauh 16.000 Km itu.
Pelaut-pelaut Portugis nampaknya sudah terlebih dahulu mampu membuat
kapal-kapal yang digunakan untuk menempuh rute pelayaran sejauh itu.
Mungkin
pula ada faktor lain, kenapa Inggris belum menggunakan rute pelayaran
melalui TAnjung Harapan, yaitu : katanya Portugis merahasiakan jalan
pelayaran melalui Tanjung Harapan tersebut. Pada tahun 1580 F. Drake
dalam perjalanan keliling dunia singgah di Ternate setelah melayari
lautan Pasifik. Dia melaporkan kepada pemerintahannya tentang
pemerintahan Sultan Ternate agar diberi bantuan peralatan untuk melawan
Portugis. Pada tahun 1586, Thomas Cavendis menggunakan rute pelayaran
Selat Magelhaen-Samudera Pasifik. Sampai di Filiphina selanjutnya
berlayar ke Maluku. Dia menerangkan bahwa di Maluku dilakukan
perdagangan rempah-rempah secara bebas.
Pada waktu ituada dua pendapat tentang sikap yang bagaimana yang harus di ambil Inggris dalam menghadapi Portugis. Pendapat pertama meminta
Inggris membantu Portugis agar Inggris memperoleh hak dari Portugis
sehingga ada pembagian hak Monopoli diantara keduanya. Pendapat kedua
mendesak agar Inggris segera merebut hak Monopoli perdagangan Portugis
dan segera menggunakan jalur perdagangan laut melalui Tanjung Harapan.
Pengaruh kedua nampaknya lebih kuat dan mempunyai pengaruh dalam
menentukan kebijaksanaan Inggris dalam melebarkan dengan dunia luar.
Pada
tahun 1591 satu ekspedisi yang terdiri dari tiga buah kapal bertolak
dari Plymouth dipimpin oleh George Raymond dan James Lancaster,
tujuannya adaalh ke India Timur melalui Tanjung Harapan. Penjelajahan
ini tidak begitu berhasil karena hanya satu kapal yang berhasil
melanjutkan perjalanan yaitu kapal yang dipimpin oleh Lancaster. George
Raymond tenggelam, sedangkan sebuah kapal terpaksa kembali.
Lancaster
melanjutkan perlayaran sampai ke Selat Malaka dan Pulau Pinang, tetapi
beliau ditawan kapal oleh perampok dari Perancis. Pelayaran James
Lancaster ini dinilai penting artinya bagi perkembangan pelayaran
kemudian hari. Berita berhasilnya Cornelis de Houtman sampai di Banten
menggugah semangat pelaut Inggris untuk menggunakan Tanjung Harapan
kembali dalam perjalanan jauh ke Dunia Timur.
Pada
tanggal 31 Desember 1600 didirikan East India Company. Berdasarkan
piagam raja Maskapai dagang mempunyai hak monopoli perdagangan antara
Tanjung Harapan dan Selat Magelhaen selama 15 tahun. Perlayaran pertama
dilakukan dengan modal 68.000 pounsterling, ekspidisi ini dipimpin oleh
James Lancaster dan Jhon Davis. Ekspidisi ini berhasil sampai di Aceh
pada tahun 1602 selanjutnya berlayar menuju Banten. Mereka sangat kaget
karena kedatangan mereka di Nusantara disambut sebagai lawan oleh
Belanda sedangkan di Eropa pada saat itu Belanda adalah sekutu Inggris.
Ekspedisi
kedua dibawah pimpinan Henry Middleton sampai di Banten pada tahun
1604. Middleton berlayar terus sampai ke Ambon dan berunding dengan
Portugis untuk memperoleh hak dagang tapi armada Belanda melarangnya.
Ketika Middleton berhasil mendapatkan muatan cengkeh di Ternate dan pala
di Banda, armada Belanda memaksanya kembali ke Banten. Sejak tahun 1610
hubungan antara Inggris dan Belanda semakin memburuk. Nampak kekuatan
Belanda semakin unggul dibandingkan dengan kekuatan yang dibangun oleh
Inggris. Usaha untuk menghilangkan perselisihan antara VOC dan EIC
dengan jalan perdamaian
ternyata gagal. Walaupun Inggris berusaha menjelaskan kepada Belanda
bahwa kedatangan Inggris lebih dahulu dibandingkan dengan kedatangan
Belanda. Namun Belanda tiding menghiraukan pernyataan tersebut.
Belanda
mengemukakan bahwa alasan mereka mendapatkan hak perdagangan ini
setelah mereka mengeluarkan cukup besar dalam persaingan melawan
Portugis dan Spanyol.
Sementara
itu perhatian Inggris terbagi dua. Perhatian mereka lebih dicurahkan ke
India. Pada tahun 1611 EIC telah membuka pusat perdagangan di
Masuliptam dan kemudian membuka hubungan dagang dengan Siam dan Myanmar.
Sementara itu Inggris telah berhasil menjalin hubungan dengan Aceh,
Makasar, Pariaman, Jambi, Jayakarta, Jepara dan Sukadana. Mereka telah
juga mendirikan kantor-kantor untuk perdagangan mereka. Diantara
pemimpin perdagangan Inggris yang dianggap paling membahayakan kedudukan
Belanda di Nusantara adalah Jhon Jourdei. Dialah yang paling banyak
terlibat permusuhan dengan J. P. Ceon, gubernur jendral VOC. Dengan
tegas Jordaen menegaskan bahwa perdagangan di Maluku adalah bebas baik
untuk Belanda maupun Inggris. Permusuhan nantara VOC dan EIC terjadi
ketika perlayaran George Cokayne dan George Ball dipimpin oleh Gerard
Reynest, peristiwa itu terjadi pada tahun 1615. Dalam kontak senjata
ini, Belanda mengalami kekalahan. Pada tahun1616 juga terjadi ketegangan
antara kapal-kapal Inggris di bawah kepemimpinan Samuel Castleton
dengan armada VOC dibawah pimpinann Jan Dirkszoon Lam. Karena kekuatan
VOC lebih besar, maka Inggris pun mengalah.
Ketika
J.P. Ceon menjadi gubernur jendral ia berjanji mengusir semua kekuatan
Portugis, Spanyol dan Inggris dari Maluku, Pulau Banda akan diduduki
oelh komunis-komunis dari Belanda. Meskipun pada tahun 1619 tercapai
perdamaian antara Inggris dengan Belanda pada kenyataanya Belanda tisak
mau menepati isi perjanjian perdamaian tersebut. Pada tahun 1621 mereka
mengusir Inggris dan Belanda.
Tahun
1623 Belanda menuduh Inggris telah berkomplot untuk menentang Belanda.
Tahun 1623 Inggris melaukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap beberapa
orang Inggris, peristiwa ini kemudian dikenal dengan "Amboyna Massacre"
(pembunuhan di Ambon). Tindakan kekerasan rupa-rupanya dimaksudkan
Belanda agar Inggris segera keluar dari Maluku.
Pemerintah
Inggris rupanya tidak mempersiapkan peperangan untuk kepentingan EIC
dikepulauan Nusantara. Inggris kemudian menarik diri dari kegiatan
perdagangan di Asia Tenggara. Pada tahun 1628 kantor dagang Inggris
dipindahkan dari Jayakarta ke Banten bahkan pada tahun 1628 Inggris di
usir dari Banten oleh Belanda. Pada tahun 1684 Inggris mendirikan Port
York di Bengkulu. Inilah daerah kekuasaan Inggris yang tetap bertahan
terhadap ancaman Belanda. Pada tahun 1417 karena kesulitan alam, Inggris
terpaksa memindahkan kedudukannya dan mendirikan benteng baru Port
Marlborough, tidak jauh dari tempat semula. Didaerah inilah kekuasaan
Inggris tetap bertahan sampai tahun 1824. Pada tahun inilah setelah
ditandatangani Treaty of London, Inggris keluar dari Bengkulu bertukar
dengan Malaka yang semulanya telah diduduki Belanda.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Maleha. 2005. Ihtisar Sejarah Indonesia II untuk Mahasiswa. Riau, Pekanbaru
Kardiman.dkk.2004.Masa Kolonialisme Belanda.Jakarta : Yudhistira.
Read more: http://wartasejarah.blogspot.com/2013/07/bella-jeniska-kedatangan-bangsa-inggris.html#ixzz3CyFx2oit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar